Jakarta (ANTARA news) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membuat suatu reaktor Bioelektrik yang mampu menjadikan kotoran sapi dan limbah organik lainnya sebagai biogas penghasil listrik.
"Genset pembangkit listrik yang tadinya 100 persen menggunakan solar, kini cukup dengan menggunakan 30 persen solar saja, karena 70 persennya bisa digantikan dengan biogas, sehingga hemat 70 persen solar," kata Peneliti Bioelektrik Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI Aep Saefudin MT yang dihubungi di Jakarta, Jumat.
Genset dual fuel atau berbahan bakar ganda berkapasitas 10 KWH itu bisa menghasilkan daya listrik sebesar 2.000 watt, di mana untuk satu kWh konsumsi listrik memerlukan 0,03 m3 biogas (Satu m3 biogas sama dengan 0,8 liter solar/premium -red).
"Cara membuat biogas dengan reaktor bioelektrik itu yakni mencampurkan kotoran sapi dan air satu banding satu atau satu banding dua, lalu dimasukkan ke dalam reaktor secara anaerob selama 21-30 hari sehingga terjadi pembusukan dan kemudian menjadi gas methan," katanya.
Sekitar 60 persen biogas itu adalah gas metana (CH4), 38 persen karbon dioksida (CO2), dan sisanya gas hidrogen sulfida (H2S).
Gas yang dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik secara anaerob ini kemudian bisa menjadi bahan bakar untuk genset listrik dan bisa diaplikasikan oleh siapapun.
Sementara itu, Yaya Sudrajat Sumarna, Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, menyatakan bahwa biogas adalah sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui karena bahan bakunya limbah organik yang sangat berlimpah.
?Potensi pengembangan biogas di Indonesia masih cukup besar mengingat cukup banyaknya populasi ternak serta limbah organik lain. Untuk setiap satu ekor sapi/ kerbau dapat menghasilkan kurang lebih dua m3 biogas per hari dan ini cukup untuk keperluan memasak dan penerangan dalam skala rumah tangga?, paparnya.
Menurut Yaya, penggunaan biogas ini memiliki banyak keuntungan, antara lain: mengoptimalkan limbah organik yang sudah tidak terpakai sehingga tidak menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan.
Selain itu juga menghasilkan hasil samping tambahan berupa kompos organik baik dengan bentuk kompos cair maupun kompos padat dengan kualitas yang sangat tinggi dan cocok sebagai pupuk organik untuk segala jenis tanaman.
?Biogas dapat dibakar seperti layaknya elpiji sehingga dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik?, tambahnya.
?Dengan berkembangnya Biogas di Indonesia di harapkan kebersihan dan sanitasi lingkungan akan terbantu sehingga masyarakat menjadi sehat,? tegasnya.
Penelitian ini memiliki percontohan di Kecamatan Cilengkrang, Jawa Barat yang jaraknya 20 km dari Bandung, tercatat hanya kurang dari 50 persen warganya yang sudah menikmati listrik. (*)